28. Apa kaitan kebijakan politik dan geografi dengan geopolitik ?

28. Apa kaitan kebijakan politik dan geografi dengan geopolitik ?

Saat ini, dari sudut geopolitik, berapapun jumlah partainya, diakui atau tidak, yang muncul ke permukaan barulah politisi pragmatis (hanya 1 macam). Dan, itu adalah cara berpikir peninggalan masa kolonial. Sedangkan yang 9 (banyak) macam belum “di-“muncul”-kan”. 9 macam yang lain adalah politisi profesional.

Jika sedikit berani maka sesungguhnya, ada 99 macam politisi profesional yang belum terwakili suara mereka di parlemen. Dengan rincian: 10 macam di pendidikan, 10 macam di militer, 10 macam di hukum, 10 macam di kepresidenan, 10 macam di ilmu, 10 macam di agama, 10 macam di advis, 10 macam di keuangan, dan 9 macam di jalur rakyat murni.

Dengan bahasa lain, sesungguhnya, yang dimaksud dengan utusan daerah adalah mereka (politisi profesional), bukan daerah dalam arti teritorial. Kepentingan daerah yang berkaitan dengan daerah teritorialnya sudah seharusnya selesai di daerah itu sendiri. Dengan begitu, tidak terjadi tubrukan kepentingan. Atau, seharusnya, Dewan Perwakilan Daerah itu terdiri dari 9 macam (Ingat, yang dimaksud daerah adalah daerah profesi). Sebagai gambaran, lihat: Negeri Khayangan.

Menafikan keberadaan politisi profesional itulah yang membuat kebijakan politik tidak populis. Sebab: Pertama, politisi profesional mempunyai basis massa yang jelas /riil, bukan massa mengambang. Kedua, Politisi profesional lebih mengenal geografi daerahnya sendiri. Sebab, mereka lahir, besar, dan mati (?) di situ juga. Dengan kata lain, politisi profesional lebih mengenal medan juang. Merekalah yang mampu mengawinkan kepentingan daerah teritorial dengan daerah profesi sesuai dengan tempat mereka berada. Sebagai gambaran, lihat: Natar Bangsa Manusia Indonesia.

Memberi tempat kepada politisi profesional, butuh perubahan mendasar dalam cara berpikir. Para pengambil kebijakan politik HARUS berani tidak berlama-lama melihat spion. Pola pragmatis cocoknya di era kolonial, era masa lalu, dan itu sudah waktunya masuk kotak. Ini berarti, memberi tempat kepada politisi profesional = bermain dengan pola emansipatif dalam peta perpolitikan.

Tentang Sang Nata Sugiarno

Sang Nata Sugiarno bukan siapa-siapa ...
Pos ini dipublikasikan di Tanya Jawab dan tag , , , , . Tandai permalink.